Blog Official Eko Rudianto yang membahas tentang Blogger , Makalah, Artikel , Religi, Wisata dan lain-lain

Friday, July 18, 2014

Bahagia Lalu Sukses Atau Sukses Lalu Bahagia

Awalnya banyak orang berfikir bahwa kita akan menjadi Bahagia….bila kita sukses. Walaupun sebagian mengatakan tidak mesti seperti itu..sebab ada kesuksesan-kesuksesan yang toxic (sukses beracun). Dimana kesuksesan itu tidak membawa pada kebahagiaan..malah sebaliknya. Tetapi yang menarik adalah teks Imam Ali kw di atas. Disuruh berbahagia dulu supaya menjadi sukses. Mungkin pertanyaan yang bisa diajukan disini adalah bagaimana menjadi bahagia tanpa atau sebelum mendapatkan sesuatu/Kesuksesan? (Sukses adalah kepuasan karena tercapainya akan sebuah tujuan).
 
Dalam sebuah review dari 225 studi yang dikumpulkan dalam Psychological Bulletin menemukan bahwa kebahagiaan tidak harus mengikuti kesuksesan. Bahkan, itu justru sebaliknya. Kebahagiaanlah yang mengarahkan menuju kesuksesan. Sonja Lyubomirsky, Ph.D., dari University of California, Riverside, melakukan Studi dengan 3 sudut pandang, dengan pertanyaan seperti ini; 1) Apakah orang-orang bahagia lebih sukses daripada orang yang tidak bahagia? 2) Apakah kebahagiaan mendahului kesuksesan? Dan 3) Apakah Dampak Positif mengakibatkan atau mengarahkan perilaku yang berorientasi kesuksesan?
 
Hasil dari ketiga jenis studi menunjukkan bahwa kebahagiaan mengarah ke keberhasilan yang lebih besar dalam hidup. Lyubomirsky menunjukkan “ini mungkin karena orang-orang bahagia sering mengalami suasana hati yang positif dan suasana hati yang positif ini mendorong mereka menjadi lebih mungkin untuk bekerja secara aktif menuju sasaran baru dan membangun sumber daya baru. Ketika orang merasa senang, mereka cenderung merasa yakin, optimis, dan energik dan lain-lain, serta kita menemukan mereka menyenangkan dan ramah.”
 
Ini tidak berarti bahwa orang yang bahagia selalu berhasil dan tidak pernah merasa gagal/sedih. Bahkan bagian rasa sehat secara mental adalah kesiapan bahkan kesenangan merasakan emosi yang ‘menyakitkan’ yang berkaitan dengan hal-hal yang menantang. Adrenalin naik, mencoba tantangan yang sedikit/banyak berbahaya dan siap dengan kegagalannya.
 
Faktor-faktor lain juga berkontribusi terhadap sukses, termasuk intelijen, kebugaran, dukungan sosial dan keahlian. Tapi Lyubomirsky mengatakan, “orang-orang bahagia lebih mungkin sukses dibandingkan rekan-rekan mereka yang kurang bahagia. Ini banyak terbukti dengan memiliki relasi/teman cukup, melangsungkan pernikahan, pendapatan yang cukup tinggi, kinerja yang unggul, keterlibatan masyarakat, kesehatan yang kuat dan bahkan hidup lebih lama.”
 
Pertanyaan yang belum terjawab adalah……..??? Bagaimana menjadi Bahagia sebelum mendapatkan kesuksesan? Sebab bahagia dulu baru sukses???
Dari berbagai Studi lapangan, penelitian terkontrol, survey dll, maka ada beberapa cara untuk menjadi bahagia yaitu.

 
Bersyukurlah.
Ini adalah kunci kebahagiaan yang paling ampuh. Kembangkanlah rasa syukur…..dengan apapun yang ada. Ingatlah akan satu hal yaitu TUHAN/ALLAH. Semua hal ada dalam rencananya, semua hal ada dalam kekuasaannya, semua hal ada dalam ridhanya. Maka kalau kita mengalami sesuatu, kita bertempat di ‘hal’ tertentu. Maka itu adalah ‘takdirnya’ itu adalah ketentuannya, tanpa menghilangkan kebebasan kita.
 
Dan ingatlah…..bahwa adakah yang lebih mencintai kita melebihi-NYA?? Adalah yang Adil dalam membagi, mengatur, mengurus melebihi NYA. Kalau tidak…..maka apa yang mesti kita keluhkan. Tanpa berarti kita harus merangkak terus naik keatas kesuksesan kita. Sekali lagi yang terakhir ini-pun karena….kita dan anjuran-NYA.
 
Rasul saw pernah mengatakan…pada salah satu Istrinya. Karena istrinya menggerutu…..kata Rasul Saw. Kalau aku sudah kau anggap tidak adil….lalu siapa lagi yang akan Adil?? Disinilah konsep-konsep agama, tauhid, keadilan Allah dll, sangat-sangat berfungsi-penting dalam menghilangkan rasa-rasa negative. Dalam literature Barat ada buku ‘Metodhe Sedona” yang ditulis dan diciptakan oleh Hale Dwoskin dan Lester Levenson. Intinya adalah rasa Syukur (melepaskan perasaan-perasaan negative).
 
Saya pernah membaca cerita-cerita dalam buku-buku Agama Islam. Bagaimana ke-ihlasan dan rasa yakin akan rencana dan syukur para sahabat nabi, keluarga nabi saw dst. Diceritakan saat Husen bin Ali Bin Abi Thalib di Karbala, dimana peristiwa tragis ini yang membunuh hampir seluruh kerabat Nabi saw. Husein saat itu berkata….Ya Allah karena ini ada dalam rencana-MU, karena ini perjuangan untuk mencapai ridho-MU. Maka kehilangan anak-anak, saudara, dirinya, kerabat dll….adalah hal yang murah. Sambil beliau melemparkan kucuran darah anaknya yang basih balita.

Jadilah optimis.
Optimist adalah keyakinan dan sikap yang percaya bahwa hal-hal negative itu eksidentil dan hal-hal positif itu lebih permanen. Sehingga kegagalan, kesalahan adalah hal yang lumrah, bisa diperbaiki diselesaikan setelahnya. Visualisasi keadaan positif akan sangat berhasil dalam meningkatkan kebahagiaan. Bayangkan keindahan, kesuksesan, kesenangan dst.
Dalam Islam bayangan itu paling-puncak adalah Surga (disini saya berbicara umum, bukan sufistik, yang mengatakan pertemuan dengan Allahlah puncaknya). Dengan keyakinan akan balasan baik, point baik. Maka rasa putus-asa, bunuh diri dan penghancuran diri tidak akan terjadi.
 
Dalam buku terkenal Viktor E. Frankl, ‘Man Search of Meaning’ yang dijadikan rujukan dalam terapi-psikologi dengan nama LOGO-TERAPI. Juga diceritakan bagaimana manusia-manusia yang mampu bertahan di kondisi ekstrem (kamp Hitler) saat itu. Dengan membayangkan setelah keluar disana, ada nilai bahkan dalam keadaan penderitaan itu.
Sekali lagi agama sangat-sangat memberikan banyak hal akan penjelasan penderitaan, penjelasan akan point-point yang akan didapatkan nantinya.

Hitung Karunia yang Kita Dapatkan.
Manusia itu mudah berkeluh-kesah. Kalau tertimpa musibah maka seakan-akan kitalah yang paling menderita dimuka bumi ini. Padahal cobalah kita menghitung nikmat kita, dan boleh juga membandingkannya dengan orang-orang lain dibawah kita. Disini pertama kita akan bersyukur. Lalu dalam upaya untuk meningkatkan menuju kebahagiaan, Tulislah tiga hal positif yang telah terjadi pada Anda setiap minggu. Terhindar dari kecelakaan, mendapatkan teman baru, rekreasi dengan anak, bahkan jalan-jalan pagi dst. Dengan selalu mengingat dan menulis hal-hal positif, maka rasa kebahagiaan kita meningkat.

Gunakan kekuatan Anda.
Mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan kita adalah hal yang sangat penting. Sebab dengan identifikasi itu kita tahu diri kita dan mawas diri. Tetapi setelah tahu itu semua, jangan kita berfokus dalam kelemahan-kelemahan kita. Sebab pada dasarnya manusia tidak ada yang sempurna. Tetapi kita mesti mengidentifikasi kekuatan kita dan membuat komitmen untuk mencoba menggunakannya dalam cara-cara baru.
 
Ingatlah manusia akan sukses dengan kelebihannya bukan dengan selalu memperbaiki kelemahan-kelemahannya. Gardner mengatakan ada 8/9 kecendrungan kecerdasan manusia. Ada yang miliki dia banget (gue banget gitu lho….he..he…). maka itulah dasar talenta dia/bakat dia. Martin E. Seligman (Pelopor psikologi Positif, directur APA) juga mengatakan, manusia seharusnya focus dikekuatan-kekuatan mereka.

Bertindak dan melakukan hal-hal Baik.
Orang yang membantu orang lain, dilaporkan bahwa hal itu juga sangat membantu rasa kebahagiaan diri mereka sendiri.

Bersyukur, Menghitung Nikmat yang kita terima, bahkan Berfikir optimis, dst adalah hal-hal yang mampu kita lakukan sebelum kita mendapatkan kesuksesan-kesuksesan kita. Jadi dengan bersyukur dan merenungi kenikmatan-kenikmatan yang sudah kita dapatkan…..maka itu akan menuntun kita untuk berbahagia. Dengan bahagia…..maka itu akan membuka pikiran kita, kecerdasan kita, akan membuka kecerdasan emosi kita. Dan itu semua akan menghantarkan menuju kesuksesan kita.
 
Maka berbahagialah agar kamu menjadi Sukses (Ali bin Abi Tholib kw).



http://wisatatelukkiluan.com

G+

0 komentar:

Post a Comment

Tour & Travel Lampung

Copyright © Eko Rudianto Blogs Sponsored by Wisata Teluk Kiluan | Powered by Blogger