Blog Official Eko Rudianto yang membahas tentang Blogger , Makalah, Artikel , Religi, Wisata dan lain-lain

Thursday, October 23, 2014

MAKALAH SEJARAH SUNAN KALIJAGA DALAM ISLAMISASI DI JAWA

MAKALAH
SEJARAH SUNAN KALIJAGA DALAM ISLAMISASI
DI JAWA


Di Susun Oleh :

Nama                    : Eko Rudianto
NPM                     : 12100202
Kelas                     :













UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN AJARAN 2014/2015


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan YME, karena atas segalalimpahan rahmat, karunia serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah initepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul “Sejarah Sunan Kalijaga Dalam Islamisasi Di Jawa” ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah. Tentunya tak lupa kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang.
Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya. Akhirnya kami berharap semoga Allah SWT, memberikan imbalan satimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Wassalamu’alaikum wr.wb

Bandar Lampung, 23 September 2014









DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... I
DAFTAR ISI           ........................................................................................ II
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................. 1
        1.1 Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
        1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
        1.2 Tujuan Penulisan................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................  3
        2.1 Asal Usul Kehidupan Sunan Kalijaga................................................. 3
        2.2 Masa Remaja Sunan Kalijaga.............................................................. 4
        2.3 Proses Masuknya Sunan Kalijaga Menjadi Walisongo....................... 7
        2.4 Metode Dakwah Sunan Kalijaga........................................................ 9
        2.5 Sikap Masyarakat Terhadap Dakwah Sunan Kalijaga........................ 13
        2.6 Jasa-Jasa Sunan Kalijaga..................................................................... 14
        2.7 Peninggalan Sunan Kalijaga................................................................ 16
BAB III PENUTUP....................................................................................... 18
        3.1 Kesimpulan ........................................................................................  18
        3.2 Saran           ........................................................................................  18
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 19









BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masalah

Riwayat masa lampau sebagai obyek studi sejarah, berkenaan dengan peristiwa-peristiwa pada kehidupan manusia yang menyangkut segala aspeknya. Dalam penuturan sejarah, peristiwa-peristiwa tadi diurutkan kurun-kurun waktu secara kronologis. Dari analisis sejarah tentang suatu peristiwa atau suatu masalah, kita dapat mengadakan prediksi terhadap hal-hal tersebut pada masa yang akan datang. Pemilihan suatu gejala atau suatu masalah dengan menggunakan pendekatan sejarah, ini termasuk pemilihan yang dinamis, karena memperhatikan urutan prosesnya dari waktu kewaktu.

Sejarah dapat diartikan sebagai riwayat tentang masa lampau atau suatu bidang ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan menuturkan riwayat masa lampau tersebut sesuai dengan dapat melepaskan diri dari kejadian dan serta kenyataan masa sekarang yang sedang kita alami bersama dan tidak pula kita lepaskan dari perspefktif masa depan.

Perkembangan peradaban masa lalu merupakan perpaduan antara Hindu-Budha dengan Islam, yang membawa akibat adanya Versi baru dalam hal kehidupan keagamaan dan budaya masyarakat sekarang ini. Hal ini sejalan dengan konsep sejarah, yaitu adanya kemajuan dalam menganalisis suatu peristiwa dengan tanpa meninggalkan analisis peristiwa masa lampau.

Perkembangan dakwah islam bukan saja memerlukan kuantitas para Da’i ataupun kuantitas lembaga-lembaga dakwah yang mengorganisir dan mencetak para Da’i melainkan harus dilengkapi oeh beberapa syarat atau faktor-faktor lain. Perjalanan dakwah islamiyah di tanah air kita harus terus dikembangkan, karena merupakan tugas suci bagi setiap muslim yang cinta akan agamanya. Demi keberhasilannya dalam berdakwah harus ditunjang dalam berbagai syarat, diantaranya adalah adanya metode dakwah yang sempurna. Dalam rangka inilah kelompok kami mencoba mengetengahkan sekelumit sejarah tentang sistem dakwah yang digunakan Sunan Kalijaga yang telah berhasil merintis jalannya dakwah di pulau Jawa. Sehingga beliau berhasil mengembangkan ajaran Islam dan memperoleh umat yang begitu banyak, khususnya di pulau Jawa.

Keberhasilan Sunan Kailijaga dalam dakwah islamiyah dalam hal mengislamkan masyarakat dapat kita pakai sebagai acuan dalam mengembangkan ajaran Islam bagi generasi berikutnya. 



1.2  Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka:

1.        Bagaimana sejarah Sunan Kailijaga?

2.        Bagaimana Metode Da,wah Sunan Kailijaga ?

3.        Apakah peran Sunan Kailijaga dalam Walisongo ?

4.        Apakah jasa Sunan Kailijaga dalam perkembangan islam ?

5.        Apakah peninggalan Sunan Kailijaga ?



1.3  Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan ini adalah :

1.        Untuk mengetahui sejarah Sunan Kailijaga

2.        Untuk mengetahui cara Sunan Kailijaga berdakwah dalam menyiarkan agama islam di tanah Jawa.

3.        Untuk mengetahui perjalanan hidup Sunan Kailijaga.

4.        Untuk mengetahui kapan Sunan Kailijaga diangkat menjadi salah satu Wali Songo.

5.        Untuk mengetahui jasa-jasa Sunan Kailijaga

6.        Untuk mengetahui peninggalan – peninggalan Sunan Kailijaga.





















BAB II

PEMBAHASAN



2.1  Asal Usul Kehidupan Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga adalah gelar yang diberikan kepada Raden Mas Syahid, beliau putra dari Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban. Tumenggung Wilatikta adalah keturunan Ranggalawe yang sudah beragama Islam dan berganti nama Raden Sahur. Ibunya bernama Dewi Nawangrum. Raden Sahid ini menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishak dan berputra tiga orang yaitu: Raden Umar Said atau Sunan Muria, Dewi Rukoyah dan Dewi Sofiah. Beliau lahir dari kalangan keluarga bangsawan asli di Istana Tumenggung Ario Tejo alias Adipati Wilwatikto di Tuban, ia di didik dalam bidang pemerintahan dan kemiliteran, khususnya di bidang Angkatan laut, ia juga ahli dibidang pembutan kapal laut yang dibuat dari kayu jati, yang nama mudanya atau nama kecil adalah Raden Mas Syahid atau Jaka said. Raden Sahid sewaktu kecil sudah mempunyai rasa solidaritas yang tinggi pada kawan-kawannya, ia bahkan tak segan-segan masuk dan bergaul kedalam lingkungan rakyat jelata. Ketika itulah ia tidak tahan lagi melihat penderitaan orang-orang miskin pedesaan. Maka pada waktu malam-malam, ia sering mengambili sumber bahan makanan dari gudang Kadipaten dan memberikannya kepada rakyat-rakyat miskin.

Lama-lama tindakan Raden Sahid itu diketahui oleh ayahnya, maka ia mendapatkan hukuman yang keras, yakni diusir dari istana. Ia akhirnya mengembara tanpa tujuan yang pasti. Dan kemudia ia menetap di hutan Jatiwangi. Dihutan itu ia meneruskan pekerjaannya sebagai berandal. Ia merampok orang-orang kaya yang pelit kepada rakyat kecil. Hasil rapokannya diberikan kepada rakyat-rakyat miskin.

Dalam babad Cerbon naskah Nr.36 koleksi Brandes, dijumpai keterangan bahwa ayah handa Sunan kalijaga bernama Arya Sidik dijuluki Arya Ing Tuban, Arya Sadik dipastikan merupakan perubahan dari nama Arya Sidik, dan nama ini merupakan nama asli dari Ayah handa Sunan kalijaga yang menurut Babad Tuban bukan seorang pribumi Jawa, melainkan berasal dari kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang Ulama.

Tahun kelahiran serta wafat Sunan Kalijaga belum dapat dipastikan, hanya diperkirakan ia mencapai Usia lanjut. Diperkirakan ia lahir kurang lebih 1450 M berdasarkan atas suatu sumber yang menyatakan bahwa Sunan Kalijaga kawin dengan putri Sunan Ampel pada usia kurang lebih 20 tahun, yakni tahun 1470. Sedangkan Sunan Ampel lahir pada tahun 1401 dan mempunyai anak wanita yang dikawini oleh sunan kalijaga itu pada waktu ia berusia 50 tahun. Masa hidupnya menglami 3 masa pemerintahan yaitu: masa akhir Majapahit, Zaman Kesultanan Demak dan Kesultanan Pajang. Kerajaan Majapahit runtuh pada tahun 1478 M, kemudian disusul Kesultanan Demak berdiri pada tahun 1481 sampai 1546 M, dan disusul pula Kesultanan Pajang yang diperkirakan berakhir pada tahun 1568 M. Diperkirakan, pada tahun 1580 M Sunan Kalijaga wafat hal ini dapat dihubungkan dengan gelar kepala Perdikan Kadilangu semula adalah sunan Hadi, tetapi pada mas Jolang di Mataram(1601-1603), gelar itu diganti dengan sebutan Panembahan Hadi. Dengan demikian, Sunan Kalijaga sudah diganti putranya sebagai kepala Perdikan kadilangu sebelum zaman Mas Jolang yaitu sejak berdirinya kesultanan Mataram pemerintahan Panembahan Senopati atau sutawijaya(1673-1601). Dan pada awal pemerintahan Mataram, menurut Babad Tanah jawi versi Meisma, dinyatakan Sunan kalijaga pernah datang ketempat kediaman Panembahan Senopati di Mataram memberikan saran bagaimana cara membangun kota. Dengan demikian Sunan Kalijaga diperkirakan hidup lebih dari 100 tahun lamanya yakni sejak pertengahan Abad ke-15 sampai dengan akhir Abad ke-16.

Tentang asal-usul keturunannya, ada beberapa pendapat, ada yang menyatakan keturunan Arab asli, yang lain menyatakan keturunan Cina dan ada pula yang mengatakan keturunan Jawa asli. Masing-masing pendapat mempunyai sumber yang berbeda.



2.2  Masa Remaja Sunan Kalijaga

Kisah masa muda Raden Sahid ini ada Dua Versi, yaitu Versi pertama ialah yang menganggap pada dasarnya walaupun raden Sahid suka mencuri dan merampok tapi bukan untuk dinikmati sendiri, melainkan untuk dibagikan kepada rakyat jelata. Sedangkan Versi yang kedua adalah yang benar-benar melihat bahwa masa muda Raden Sahid adalah benar-benar perampok dan pembunuh yang jahat.

Menurut Versi pertama lengkapnya adalah demikian, bahwasannya pada waktu masih kecil Raden Sahid sudah disuruh mempelajari agama islam oleh ayahnya di Tuban, akan tetapi karena ia melihat kondisi lingkungan yang kontradiksi dengan ajaran agama itu, maka jiwa Raden Sahid memberontak. Ia melihat rakyat jelata yang hidupnya sengsara, sementara bangsawan Tuban berfoya-foya hidupnya. Pejabat Kadipaten manarik upeti kepada rakyat miskin dengan semena-mena, pada prajurit kadipaten sewenang-wenang menghardik rakyat kecil. Oleh karena itu, Raden Syahid sangat gelisah hatinya.

Sedangkan Versi kedua melihat bahwa Raden Syahid merupakan orang yang nakal sejak kecil dan kemudian berkembang menjadi penjahat yang sadis. Ia suka merampok dan membunuh tanpa segan dan ia berjudi kemana-mana. Setiap habis Botohnya ia merampok kepada penduduk. Selain itu digambarkan Raden Sahid adalah orang yang sangat sakti, karena saktinya sehingga beliau mendapat julukan berandal Lokajaya.

Tentang kisah putra Ki Tumenggung Wilatikta yang bernama Raden Sahid yang gemar berjudi dan melakukan kejahatan, bermain dadu, kartu, dan taruhan. Ia juga suka menyambung ayam dan mengembara sampai ke Jepara. Kalau kalah main, ia pun menyamun, Raden Shayid menghadang orang yang lewat dijalan dihutan yang disebut Jati Sekar sebelah timur laut Lasem. Tersebutlah Sunan Bonang sedang berjalan kaki dari Malang melewati hutan Jati Sekae dan berjumpa dengan Jaka Syaid. Sunan Bonang pun menegur dengan halus, “siapakah kau ini? Mengapa menghadang orang lewat?” dengan keras Raden Syaid menjawab, “aku sedang bekerja, pekerjaan ku ialah menyamun.” Sunan Bonang berkata lembut, “ tunggu besok pagi. Kalau ada yang lewat disini mengenakan pakaian hitam dengan sumping bunga wora-wari merah di telinganya, samunlah dia.

Jaka Syahid pun menuruti Sunan Bonang. Setelah tiga malam, raden Syahid menghadang di jalan , Sunan Bonang yang sudah berbusana serba hitam dan bersumpingkan bunga wora-wari merah berjalan melewati tempat Jaga Syahid berdiri mengahadang. Ia segera menghadang, Jaka Said pun menghalangi Sunan Bonang yang sedang lewat itu dari segala penjuru. Sunan Bonang pun berubah menjadi empat orang. Jaka Syahid melihat ke arah utara, timur, selatan, dan barat, dimanapun tampak olehnya Sunan Bonang. Segera ia duduk dan dengan takjim menghormat, menyatakan sudah bertobat.

Sunan Bonang berkata lembut,” Jika kau benar-benar menurut kepadaku, bergurulah dengan sungguh-sungguh, patuhilah kata-kataku. Ini tombak pendekku dan jagalah baik-baik. Jangan pergi dari tempat ini sama sekali.” Raden Syahid menyanggupinya sambil menghormat takjim, lalu Sunan Bonang pergi meninggalkannya. Raden Syahid tetap memegang tombak kecil itu.

Sesudah satu tahun berlalu, datanglah Sunan bonang kesana, menengok Raden Syahid namun tempatnya kini sudah berubah menjadi hutan belukar. Sunan Bonang mengucapkan sesuatu, dan dalam sekejap musnahlah hutan itu, sehingga tampaklah sang Raden masih tetap disana. Yang terlihat hanya degup jantung didadanya. Ia ditinggalkan saja oleh Sunan Bonang selam satu tahun lagi. Raden Syahid bertapa selama dua tahun disana. Oleh sunan ia disuruh pergi dari situ dan dibekalinya dengan ilmu dan cara-cara berbakti kepada Allah SWT.

Selanjutnya Sang Raden menjalankan tapa dengan mengasingkan diri di tempat sunyi satu tahun lamanya. Selesai menjalankan tapa itu Raden Syahid pergi ke arah Barat menuju Cirebon, disana ia bermukim di tempat yang sepi, dan selanjutnya ia disebut Kalijaga. Ia punya dua sahabat dan semakin kuat bertapa. Malam hari ia jaga di tepi sungai, kalau mengantuk ia terjun ke air menghanyutkan diri mengikuti arus, dengan memegangi api dari seludang kelapa kering. Berkat kekuatan tapanya, api yang terbenam di air tidak padam. Ia pun berhenti menghanyutkan dirinya. Rden Syahid kini menjadi sakti dan dikenal sebagai Kalijaga. Ketika berada di Cirebon ia menyamar dan bekerja sebagai Merbot, pekerjaannya ialah menimba dan menagambil air, mengisi bak air yang kosong. Setiap kali airnya habis, segera dipenuhinya lagi olehnya, sehingga orang menyangka ia benar-benar seorang merbot. Tersebutlah pada waktu itu Sunan dari Gunung Jati, yang memerintah yang dari Cirebon, memperhatikan cara Kimerbot mengambil air. Timbullah rasa belas kasihan dalam hati Sunan menyaksikan Merbotnya. Ketika malam tiba bak air itu dikeringkannya, lalu diisinya dengan mas. Pagi-pagi sekali Sunan Kalijaga bangun, segera pergi mengambil air. Seusai menimba tutup bak air itu dibukanya, dilihatnya bak itu penuh berisi mas. Sunan Kalijaga dapat menangkap maksudnya, dan cepat-cepat ia menjadikan mas itu sebagai alas bak air. Bak itu sudah penuh air ketika Sunan gunung Jati bergegas menjalankan Sholat Subuh ketika berwudhu dilihatnya alas bak air itu berupa mas, sehingga Sunan gunung Jati tidak ragu lagi bahwa ternyata Sunan Kalijaga telah menyamar sebagai Merbot. Ia kemudian menjadi ipar, dikawinkan dengan adik kandung Sunan Gunung Jati.

Sewaktu masih usia muda, Raden Sahid yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga itu tergolong muda yang cerdas, terampil, pemberani dan berjiwa besar, usia mudanya tidak disia-siakan begitu saja, tetapi benar-benar dipergunakan untuk membesarkan dirinya meskipun tanpa bekal dari kedua orangtuanya. Beliau selalu berburu ilu kepada para sesepuh, seperti kepada Sunan Ampel, Sunan Bonang, dan bahkan dari timur terus lari kebarat berguru kepada Syekh Syarif Hidayatullah Cerebon. Ilmu-ilmu yang diambil dari Gurunya diantara lain ialah ilmu hakekat, ilmu Syariah, ilmu Kanuragan, ilmu filsafat, ilmu kesenian dan lain sebagainya. Sehingga beliau dikenal masyarakat pada saat itu sebagai seoarang ahli tauhid, yang mahir dalam ilmu syariat dan mampu menguasai ilmu srtategi perjuangan juga seorang Filosofi. Bahkan ahli pula dibidang sastra sehingga terkenal juga sebagai seorang pujangga, karena syair-ayairnya yang indah terutama syair-syair jawa.



2.3  Proses Masuknya Sunan Kalijaga Menjadi Walisanga

Menurut sumber naskah Sejarah yang manapun Sunan Kalijaga disebut sebagai salah satu Waliyullah yang terasuk dalam Walisanga. Kedudukannya sebagai seorang Wali, menurut Babad Majapahit dan para Wali, dikukuhkan dihadapan Sunan Giri yang dianggap sebagai ketua para Wali di Jawa. Dengan demikian, penetapan sebagai Wali itu sesuai dengan ramalan semula semenjak Sunan Bonang di utus oleh ayahnya, Sunan Ampel Denta untuk mencari dan mempertobatkan Sunan Kalijaga sebagai upaya mempercepat proses kearah kedudukannya sebagai wali.

Sebagai Waliyullah, sebagaimana pengertian Waliyullah adalah” kekasih Allah”. Oleh karena itu, sebagaimana lazimnya para Wali, Sunan Kalijaga memiliki” Karamah” pemberian dari Allah berupa keunggulan lahir dan batin yang tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Disamping itu, sebagai tanda kewalian, ia bergelar” Sunan” sebagaimana Wali-wali yang lain. Menurut salah satu penafsiran, kata “Sunnat” yang berarti tingkah laku, Adat kebiasaan. Adapaun tingkah laku yang dimaksud adalah yang serba baik, sopan santun, budi luhur, hidup yang serba kebajikan menurut tuntunan Agama Islam. Oleh karena itu, seorang Sunan akan senantiasa menampilkan perilaku yang serba berkebajikan sesuai dengan tugas mereka berdakwah, Beramar Ma’ruf Nahi Munkar, memerintah atau mengajak kearah kebaikan dan melarang perbuatan Munkar.

Peran Sunan kalijaga dalam berdakwah tampak dalam berbagai kegiatan, baik kegiatan Agama secara langsung ataupun dalam pemerintahan dan kegiatan seni, budaya pada umumnya, diantara kasus kegiatan yang berkenaan dengan keagamaan, sebagaimana banyak disebut dalam naskah Babad, adalah kegiatan Sunan Kalijaga bersama-sama Wali yang lain mendirikan Masjid Agung Demak. Sudah jelas bahwa fungsi masjid disamping menjadi sarana Peribadatan juga dipakai sebagai pusat kegiatan Dakwah ketika itu sehingga perlu adanya, kendati pun sulit untuk menentukan secara pasti kapan masjid tersebut didirikan.

Masjid Agung Demak yang terkenal, tidak saja karena ini dibangun oleh Wali, tetapi karena salah satu Saka gurunya terdiri dari serpihan kayu-kayu Tatal karya dari sunan Kalijaga yang dikenal dengan sebutan” Soko Tatal”. Keikutsertaan Sunan Kalijaga tidak hanya mengupayakan bahan-bahannya saja, tetapi juga ikut bermusyawarah sebelumnya.

Dituturkan dalam salah satu sumber bahwa pembangunan Masjid Demak berjalan lancar, masing-masing Wali mendapatkan tugas membawa empat tiang besar, yaitu Sunan Giri, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan kalijaga, Sunan Kudus, Sunan purwaganda, Sunan Gunung Jati, Pangeran Palembang dan Syekh Siti Jenar. Hanya Sunan Kalijaga sendirilah yang membawa tiga buah. Jumlah semuanya 83 kurang 1, tatkala semuanya sudah siap dan waktu mendirikan asjid tinggal satu hari, sementara Saka Guru kurang satu, maka Sunan Bonang menanyakan kepada Sunan kalijaga akan tugasnya menyiapkan tiang Saka Guru itu. Sunan Kalijaga menyanggupinya, malam-malam menunggui orang mengapak kulit bagian luar, disusun, dilekatkan dengan lem Damar, Kemenyan, Blendok, Trembalok lantas dibalut. Jadilah sebuah tiang dari Tatal.

Adanya Soko Tatal ini adalah suatu kesengajaan, sebagai lambang kerohanian, bahwa pembuatan Soko Tatal sebagai lambang kerukunan dan kesatuan. Konon sewaktu mendirikan Masjid Agung Demak masyarakat Islam ditimpa perpecahan antar Golongan, bahkan dalam bekerja mendirikan Masjid itu pun terjadi perselisihan-perselisihan berbagai masalah sepele dan kecil. Suna Kalijaga mendapat ilham, suatu petunjuk dari Tuhan dan disusunlah Tatal-tatal menjadi sebuah tiang yang kokoh.



2.4  Metode Dakwah Sunan Kalijaga

Cara-cara atau jalan yang ditepuh oleh Sunan Kalijaga khususnya dalam menyampaikan Ajaran Islam kepada rakyat ditanah Jawa Antara lain ialah:

1.        Ajaran Agama Islam itu diperkenalkan kepada rakyat dengan cara menyampaikan sedikiti demi sedikit agar mereka tidak kaget atau tidak menolak. Dihindarkan cara-cara yang dapat menyinggung perasaan atau jiwa mereka yang sudah lama menganut     kepercayaan kepercayaan agama Hindu, Budha dan lainnya.

2.        Apabila memungkinkan ajaran-ajaran Agama Islam itu dikawinkan dengan kepercayaan Agama Hindu dan Budha, sehingga rakyat tidak terasa bahwa dirinya telah merubah kepercayaan lamanya atau dengan Ajaran agama Islam. 

3.        Adat-istiadat atau kebudayaan yang selama ini mereka hidupakan sesuai dengan ajaran        Agama Hindu, Budha atau kepercayaan nenek moyang yang ditingalkan kepada mereka, lalu oleh para Wali Sanga khususnya Sunan Kalijaga Adat-istiadat atau kebudayaan itu secara pelan-pelan diganti dengan bentuk upacara-upacara Tradisional      yang berbau ajaran Islam. Jadi para Wali( Sunan kalijaga) tidak begitu saja memberantas adat Istiadat mereka dengan cara kasar yang dapat menimbulkan sikap     Antipati terhadap ajaran Agama Islam.

Ki Siswoharsoyo dalam Serat Guna cara Agama mengatakan bahwa Sunan Kalijaga, dalam kaitannya dengan kebudhaan dan keislaman pernah mengajukan usul pada rapat para Wali. Isi usul antara lain sebagai berikut: Usaha untuk merubah kuatnya pendirian rakyat yang masih tebal kepercayaan terhadap Agama Budha, agar supaya mau memeluk Agama Islam, harus diusahakan dengan cara yang begitu rupa, sehingga hatinya tetap senang dan terbuka. Cara-cara usaha yang baik yang disukai oleh rakyat itu, harus seiring dengan tata cara rakyat banyak, yang bertalian dengan kepercayaan Agama mereka yang lama (Budha). Ajaran keislaman yang disampaikan kepada rakyat harus di berikan sedikit demi sedikit sehingga mereka merasa gampang dan ringan mengamalkan ajaran Agama islam. Mengamalkan Rukun islam yang ke-5 walaupun baru Syariat namanya tetapi bagi orang yang baru mendengar sudah merasa berat. Kalau dipaksa harus mengamalkan seluruhnya, malah menyebabkan orang itu enggan masuk Islam. Oleh karena itu seyogyanya dimulai dengan membaca kalimat shyahadat dulu, asal sudah mau mengucapkan dan disertai dengan rasa Ikhlas hati, sudah bisa dinamakan masuk Islam.

Adapun tata cara ayang menjadi kepercayaan Agama lama yang harus dirubah menurut Sunan Kalijaga ada 3 hal:

1.        Bab Samadi, sebagai puji mengheningkan cipta itu mengandung maksud untuk mencari Sasmita dan berita batin mengenai hal-hal yang sudah lewat dan yang akan datang, itu harus diusahakan agar berubah menjadi Sholat wajib.

2.        Bab Sesaji dan Kekutug atau membakar kemenyan, itu dengan maksud menyajikan kebaktian kepada lelembut, yakni mahkluk-mahkluk halus yang Ghaib seperti Jin dan Syetan agar membantu maksud serta keinginannya, dan terutama jangan hendaknya menggoda dan menggagu raktyat setempat. Hal ini sedikit demi sedikit harus diubah sehinga menjadi tata cara pemberian sedekah kepada Fakir miskin, tetangga dekatnya, sanak keluarga, famili, dan sebagainya.

3.        Bab Keramaian upacara tradisi keagamaan, pemeluk Agama yang lama jika mengadakan peralatan perkawinan, yang kaya membuat keramaian meniru dewa yang dianutnya, misalnya:

a.       Upacara atau hiasan tumbuh-tumbuhan serta kembar mayang yang diatur sebagai Hiasan dalam upacara perkawinan. Itu yang ditiru pertamanan pohon Kelepu Dewa Daru.

b.      Suara Gamelan yang dipukul oleh para niaga itu meniru Gamelan Lokananta      dikhayangan.

c.       Wanita menari sambil Sesindenan atau menyanyi menurutkan Irama Gamelan, itu yang ditiru tarian Waranggana mengelu-elukan datangnya para dewa.

d.      Pria yang menanggapi tarian Waranggana, yang diikuti oleh yang lain-lain yang kemudian dinamai Tayuban, itu yang ditiru adalah gerak kedatangan para Dewa.

Tata cara yang ada hubungannya dengan kepercayaan agama tadi (Semadi, sesaji, keramaian), apabila justru di gunakan alat penerangan dengan cara yang bijaksana, artinya kekeliruan itu di luruskan dengan perlahan-lahan, maka rakyat lekas sekali bisa mengikuti ajaran islam yang benar, misalnya upacara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW di Surakarta dan Yogyakarta dengan keramaian sekaten, grebeg maulud, grebeg besar dan grebeg syawal.

Sunan Kalijaga adalah seorang Dalang Wayang Purwa. Ia terkenal sebagai dalang wayang kulit yang sangat menarik. Bila Sunan Kalijaga pentas di suatu Desa, penonton berjubel-jubel memadati halaman. Pentas wayang Sunan Kalijaga adalah dalam rangka mendakwahkan Islam. Ia tidak pernah menarik bayaran materi. Sebagai bayarannya ia mengajak kepada seluruh hadirin untuk bersyahadat mengucapkan sumpah pengakuaan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mengakui bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah. Sunan Kalijaga mengajak kepada seluruh masyarakat untuk mengurangi perbutan Syirik dan setia kepada ajaran islam. Lewat sarana itulah Sunan kalijaga berhasil merata islam di seluruh bumi Jawa. Dalam media dakwah yang lain juga tampak sikap Sunan Kalijaga yang demikian itu, baik dalam penciptaan, seni pakaian, seni suara, seni ukir, seni gamelan , termasuk juga kesenian wayang. Bahkan terhadap kesenian wayang ini Sunan Kalijaga dipandang sebagai tokoh yang telah menghasilkan kreasi baru, yaitu dengan adanya wayang kulit dengan segala perangkan gamelannya.

Sunan Kalijaga mengarang lakon-lakon wayang dan menyelenggarakan pergelaran-pergelaran wayang dengan upah baginya sebagai dalang berupa jimat kalimasada atau ucapan kalimat Syahadat. Beliau mau memainkan lakon wayang yang biasanya untuk meramaikan suatu pesta peringatan-peringatan, asal yang memanggil itu mau bersyahadat sebagai kesaksian bahwa ia rela masuk islam.

Masyarakat kita bangsa Indonesia, khususnya Jawa masih gemar sekali hal wayang itu, mulai dari dahulu hingga sekarang baik di desa maupun di kota. Oleh karena itu wali Sanga memperhatika tersebut untuk keperluan memasukkan dakwah islamiyah. Ketika mendalang itulah Sunan kalijaga menyisipkan ajaran-ajaran islam. Lakon yang di mainkan tidak lagi bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Sunan Kalijaga mengangkat kisah-kisah karangan, dengan wayang Sunan Kalijaga menyajikan kata-kata mutiara yang bukan saja untuk persembahyangan, meditasi, pendidikan, pngetahuan, hiburan, tetapi juga menyediakan pantasi untuk nyanyian, lukisan estetis dan menyajikan iajinasi puitis untuk petua-petua religius yang mampu mempesona dan menggetarkan jiwa manusia yang mendengarkannya. Wayang cermin bagi kehidupan manusia, perwatakan manusia yng berbeda-beda digambarkan oleh wayang baik yang sedang di jejer, disamping maupun dikothak.

Wayang itu sebagai media dakwah yang senantiasa dipergunakan oleh Sunan Kalijaga dalam kesempatan dakwahnya di berbagai daerah, dan ternyata wayang ini merupakan media yag epektif dapat mendekatkan dan menarik simpati rakyat  terhadap agama. Kemampuan Sunan Kalijaga dalam mendalang (memainkan wayang) begitu memikat, sehingga terkenallah berbagai nama samaran baginya di berbagai daearah. Jika beliau mendalang di daerah Pajajaran dikenal dengan nama Ki Dalang Sidabrangti, bila beliau mendalng di Tegal dikenal dengan nama Ki Dalang Bengkok, dan bila beliau mendalang didaerah Purbalingga terkenal dengan nama Ki Dalang Kumendung.

Pembuatan wayang dari kulit kerbau, dimulai oleh Sunan Kalijaga pada jaman Raden Patah, yang bertahta di Demak. Sebelumnya lukisan wayang yang menyerupai bentuk manusia sebagaimana yang terdapat pada relief candi panataran di daerah Blitar. Lukisan yang mirip manusia oleh sebagian ulama dinilai bertentangan dengan Syara. Para wali, terutama Sunan kalijaga, kemudian menyiasatinya dengan mengubah dari lukisan yang menghadap menjadi miring. Dahulu memakai pahatan pada bagian mata, telinga, perhiasan dan lain-lainnya wayang hanya digambar saja. Dengan mengubah bentuk dan lukisan wayang berbeda dengan bentuk manusia sesungguhnya, akan tidak ada alasan lagi untuk menuduh bahwa wujud wayang melanggar hukum fiqih Islam. Selain itu atas saran para Wali Sunan Kalijaga juga membuat tokoh semar, petruk, gareng dan bagong sebagai tokoh panakawan yang lucu. Kadangkala, ia menggunakan tokoh bancak dan doyok.



2.5  Sikap Masyarakat Terhadap Dakwah Sunan Kalijaga

Salah satu Wali yang terkenal bagi orang Jawa adalah Sunan Kalijaga. Ketenaran Wali ini adalah karena ia adalah seorang Ulama yang sakti dan cerdas. Ia juga seorang Politikus yang mengasuh para raja beberapa kerajaan Islam. Selain itu Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai Budayawan yang santun dan Seniman Wayang yang hebat.

Sikap masyarakat terhadap Sunan Kalijaga ialah sangat baik dan sedikit demi sedikit mau menerima Ajaran Agama Islam, karena Sunan Kalijaga dalam Menyebarkan ajaran Agama Islam benar-benar memahami dan mengetahui keadaan Rakyat yang masih Kental terpengaruh kepercayaan Agama Hindu-Budha itu maka bertindaklah beliau sesuai dengan keadaan itu, sehingga taktik dan strategi dakwah perjuangan mengislamisasikan Nusantara itu disesuaikan pula dengan keadaan ruang dan waktu.

Sunan Kalijaga dikenal sebagai Ulama besar dan seorang Wali yang memiliki kharisma tersendiri diantara Wali-wali lainnya dan paling terkenal dikalangan atas maupun dikalangan bawah, hal ini disebabkan karena Sunan Kalijaga berkeliling dalam berdakwah, sehingga beliau dikenal sebagai Syekh Malaya, yaitu Mubaligh yang menyiarkan Agama Islam sambil mengembara.

Caranya berdakwah sangat luwes, rakyat Jawa yang pada waktu itu masih banyak kepercayaan lama tidak ditentang Adat istiadatnya, beliau  mendekati rakyat yang masih Awam itu dengan cara halus, bahkan dalam berpakaian beliau tidak memakai Jubah sehingga masyarakat tidak merasa angker dan mau menerima dengan senang hati. Diantara anggota dewan Wali, Sunan Kalijaga merupakan Wali yang paling populer dimata masyarakat Jawa bahkan sebagian masyarakat Jawa menganggap sebagai Guru Agung dan Suci di Tanah Jawa.



2.6  Jasa-jasa Sunan Kalijaga

Sunan kalijaga adalah termasuk salah seorang dari kalangan Walisanga yang tergolong muda saat itu, lagipula paling berat tugasnya. Maka apabila Sejarah beliau diteliti sesungguhnya tidak sedikit jasa-jasanya Beliau dikenal dengan Mubaligh. Ahli Seni, Budayawan, Ahli Filsafat, sebagai dalang dalam wayang kulit dan sebagainya.

1.        Sebagai Mubaligh.

Beliau dikenal sebagai Ulama besar, seorang wali yang memiliki Kharisma tersendiri diantara Wali-wali yang lainnya. Dan paling terkenal dikalangan atas maupun dari kalangan bawah. Hal ini disebebkan Sunan Kalijaga berkeliling dalam berdakwah, sehingga beliau dikenal sebagai Syekh Malaya yaitu Mubaligh yang menyiarkan Agama Islam sambil mengembara. Caranya berdakwah sangat luwes rakyat Jawa yang pada waktu itu masih banyak menganut kepercayaan lama tidak ditentang Adat Istiadat. Beliau mendekati rakyat yang masih awam itu dengan cara halus, bahkan dalam berpakaian beliau tidak memakai Jubah sehingga rakyat tidak merasa angker dan mau menerima kedatagannya dengan senang hati. Pakaian yang dikenakan sehari-hari adalah pakaian adat Jawa yang di desain dan disempurnakan sendiri secara Islami adat istiadat rakyat. Dalam pandangan kaum Putihan dianggap Bid’ah tidak langsung ditentang olehnya selaku pemimpin kaum abangan. Pendiriannya adalah rakyat dibuat senang dulu, direbut simpatinya sehingga mau menerima Agama Islam, mau mendekat kepada para Wali. Sesudah itu barulah mereka diberi pengertian Islam yang sesungguhnya dan dianjurkan membuang adat yang bertentangan dengan Agama Islam.

Kesenian rakyat baik yang berupa Gamelan, Gending dan tembang-tembang serta Wayang yang dimanfaatkan sebesar-besarnya sebagai alat dakwah. Dan ini ternyata membawa keberhasilan yang gemilang, hampir seluruh rakyat Jawa pada waktu itu dapat menerima ajakan Sunan Kalijaga untuk mengenal Agama Islam.



2.        Sunan Kalijaga ahli dalam bidang Strategi Perjuangan.

Seperti diketahui bahwa Walisanga didalam menyebarkan Agama Islam ditanah Jawa ini tidak begitu saja melangkah, melainkan mereka menggunakan cara-cara dan jalan atau Strategi yang diperhitungkan benar-benar, memakai pertimbangan-pertimbangan yang matang, tidak asal-asalan sehingga Agama Islam disampaikan kepada rakyat dapat diterima dengan mudah dan penuh kesadaran, bukan karena terpaksa.

Sunan Kalijaga didalam menyebarkan Ajaran-ajaran Agama Islam benar-benar memahami dan mengetahui keadaan rakyat yang masih kental dipengaruhi kepercayaan Agama Hindu-Budha dan gemar menampilakan budaya-budaya Jawa yang berbau kepercayaan itu. Maka bertindaklah beliau sesuai dengan keadaan yang demikian itu, sehingga taktik dan Strategi perjuangan beliau disesuaikan pula dengan keadaan Ruang dan Waktu.

3.        Bidang Kesenian.

Sunan Kalijaga ternyata mampu menciptakan kesenian dengan berbagai bentuknya. Maksud utama kesenian itu diciptakan adalah sebagai alat dalam bertabligh mengelilingi berbagai daerah yang ternyata justru mempunyai nilai sejarah yang berharga bagi Bangsa Indonesia. Kesenian yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga tersebut berupa” Wayang” lengkap dengan Gamelannya.

Serta masih banyak yang diciptakan Sunan Kalijaga dibidang seni termasuk seni lukis dan sebagainya. Dari sinilah maka sunan Kalijaga kemudian terkenal dikalangan masyarakat Jawa sampai sekarang sebagai seorang ahli Seni. Dilain pihak Sunan Kalijaga juga mencipatakan cerita-cerita pewayangan yang kemudian dikumpulkan dalam kitab-kitab  cerita wayang dan sampai sekarang masih ada.

4.        Bidang lain-lain.

Disamping jasa-jasa beliau tadi, maka masih ada juga jasa-jasa yang lain, seperti pendirian Masjid Agung Demak, Sunan Kalijaga tidak ketinggalan ikut serta membangun Mesjid bersejarah itu dan hasil karya beliau yang sangat terkenal sampai sekarang yaitu “Soko Tatal” artinya tiang kokoh dalam Masjid Agung Demak yang terbuat potongan-potongan Kayu Jati, lalu disatukan dalam bentuk tiang yang berdiameter kurang lebih 70 Cm.



2.7  Peninggalan Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga memiliki banyak peninggaln, diantaranya sebagai berikut:

1.         Masjid Sunan Kalijaga

Di Cirebon tepatnya di desa Kalijaga telah terdapat sebuah masjid kuno, letaknya bersebelahan dengan petilasan pertapaan Sunan Kalijaga. Masjid ini oleh masyarakat Cirebon khususnya dikenal dengan nama Masjid Sunan Kalijaga.

Masjid ini tampak kelihatan angker dari luar, mungkin karena letaknya yang berada di tengah-tengah hutan yang penuh dengan ratusan binatang “kera”. Di sekeliling masjid tersebut hanya ada penduduk yang jumlahnya sedikit, jurang lebih terdiri dari sembilan rumah. Masjid ini tampak kurang berfungsi, baik untuk berjamaah shalat lima waktu maupun sebagai tempat atau pusat kegiatan penyiaran agama Islam.

2.        Masjid Kadilangu

Sewaktu Sunan Kalijaga masih hidup, masjid Kadilangu itu masih berupa surau kecil. Setelah Sunan Kalijaga wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Sunan Hadi (putra ketiga) surau tersebut disempurnakan bangunannya sehingga berupa masjid seperti yang kita lihat sekarang ini.

Disebutkan di sebuah prasasti yang terdapat di pintu masjid sebelah dalam yang berbunyi “menika tiki mongso ngadekipun asjid ngadilangu hing dino ahad wage tanggal 16 sasi dzulhijjah tahun tarikh jawi 1456”, (ini waktunya berdiri masjid Kadilangu pada hari ahad wage tanggal 16 bulan dzulhijjah tahun tarikh Jawa 1456). Tulisan aslinya bertulisan huruf Arab. Menurut tutur rakyat Kadilangu masjid itu beberapa kali mengalami perbaikan di sana sini, sehingga banyak bagian bangunannya yang sudah tidak asli, terutama bagian luarnya.

3.        Keris Kyai Clubuk

4.        Keris Kyai Syir’an

5.        Kotang Ontokusumo

Menurut beberapa cerita rakyat menyatakan bahwa dahulu waktu para Walisongo sudah selesai menunaikan shalat subuh di masjid Agung Demak, tiba-tiba terlihatlah ada sebuah bungkusan yang terletak di depan mikhrab. Maka oleh Sunan Bonang diminta supaya Sunan Kalijaga mengambil dan memeriksanya. Ternyata bungkusan tersebut berisi “baju” (kutang), dan secarik kertas yang menerangkan baju itu adalah anugerah dari Nabi Muhammad Saw, dan menerangkan supaya kulit kambing yang terdapat juga dalam bungkusan itu dibuat baju juga. Menurut cerita kedua baju itu sampai sekarang masih terawat baik, yang pertama “baju ontokusumo” yang disimpan di musium kraton Solo dan “baju kyai Gondil” ada dalam makam Sunan Kalijaga di Kadilangu.

















































BAB III

PENUTUP



3.1    Kesimpulan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulakan bahwasannya Sunan Kalijaga adalah gelar yang diberikan kepada Raden Mas Syahid, beliau putra dari Tumenggung Wilatikta, Bupati Tuban. Tumenggung Wilatikta adalah keturunan Ranggalawe yang sudah beragama Islam dan berganti nama Raden Sahur. Ibunya bernama Dewi Nawangrum dan Raden Sahid ini menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishak dan berputra tiga orang yaitu: Raden Umar Said atau Sunan Muria, Dewi Rukoyah dan Dewi Sofiah.

Keberhasilan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan ajaran Agama Islam tidak bisa terlepas dari kemampuannya dalam menggunakan Metode Dakwahnya. Dari sekian perjalanan hidupnya dalam rangka mengembangkan Ajaran Agama Islam yang menuju pada kemurnian islam, dalam Dakwahnya beliau selalu memperhatikan situasi dan kondisi masyarakatnya. Sehingga beliaulah yang merupakan salah satu diantara sekian banyak Wali yang berhasil dalam menciptakan Kader ataupun masyarakat Muslim dan beliaulah yang mempunyai pengikut yang paling banyak karena keluwesannya dalam penyampaian Dakwah Islam.



3.2.  Saran

Dalam hubungannya pembahasan diatas, penulis menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :

1.        Didalam mengajak orang berbuat baik seharusnya kita bersikap lemah lembut dan tidak memaksa orng yang kita ajak dalam berbuat kebaikan.

2.        Seharusnya dalam menyiarkan agama Islam harus kreatif dan tidak bersifat memaksa sebagaimana yang telah di oleh lakukan Sunan Kalijaga.

3.        Janganlah mengaitkan hal positif dengan hal yang negatif.







DAFTAR PUSTAKA



Dr.Purwadi, M.Hum. dkk. 2007, Dakwah Wali Sanga ( Penyebaran Islam Barbasis kultural ditanah Jawa), Yogyakarta : Panji Pustaka.

Siti Joya Fatmi Gunaevy, 2004. Babad Tanah Jawi ( Mitologi, legenda, folklor,      dan Kisah Raja-raja Jawa), Jakarta : Amanah Lontar.

Slamet Muljana, 2005, Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara   Islam di Nusantara, Yogyakarta : LKIS.

Sofwan Ridin, 2000, Islamisasi di Jawa : Walisanga, penyebar Islam di Jawa,        menurut penuturan Babad. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Umar Hisyam,1974, Sunan Kalijaga, Menara Kudus.

Drs. Purwadi, dkk., Babad Tanah Jawi, Yogyakarta: Gelombang Pasang Surut, 2005.

Drs. H. Imron Abu Amar, Sunan Kalijaga Kadilangu Demak, Kudus: Menara Kudus, 1992.

http://www.syariah.com/walisongo/sunan_kalijaga.htm

www.Wikipedia. Sunan Kalijaga.Com

Sekian posting dari saya tentang MAKALAH SEJARAH SUNAN KALIJAGA DALAM ISLAMISASI DI JAWA. Mohon Maaf bila ada kesalahan kata, Semoga postingan ini dapat Bermanfaat bagi anda dan kita semua.

http://wisatatelukkiluan.com

G+

5 comments:

  1. terimaksih atas cerita susunan kali jaga, sya cop ia

    ReplyDelete
  2. thank you for your participation so that I can be entertained with this read my coffee he ......................

    ReplyDelete
  3. Yang benar... keris kyai calubuk

    ReplyDelete
  4. Kitab kanzul ulum karya Ibnu Bhatutath asmak walisongo memberi informasi amanat wali Allah mewakili batu batu kuno ditemukan dikabupaten Sumedang 2014 lalu fakta kebenaran peran dan pengaruh Sunan Gunung jati
    BISSMILLAH…..AKU BERSAKSI TIADA TUHAN SELAIN ALLOH DAN BAHWA LAGI DIRAMPAS SUMINGKIRO ALLOH REKO ROSUL ALLOH KESELAMATAN.JAS MENCARI,DRUM MENCARI KUAT SIKAT SIKU OMONG KARANG, AKU MERASA SAMA KAMU,SEMUA TIPIS,SEMUA TAJAM,SEMUA PRETISI,YANG KEPEMILIKAN KEBOHONGAN NGERUMEKSANINYA, MUNGKIN BUMI DEWI YANG TINGGAL DIPEGUNUNGAN. GANGGUAN BUMI JIKA ANDA TIDAK ,AYAH SEMAR TOGOG TANAMAN PERCAYA AYAH BERNAMA KEGELAPAN TONG KIRI YA ALLOH, YA TUHAN PELAPIS, ROSULULLOH . PERASAAN SANGBANGKU SIAPA PUN KALAH DENGAN KOLEKSI SAYA,HARTA KELUARGA ,KAKI TANPA MENGERTI ,MENURUTI, MENGIKUTI, MENEMPUH ,MENYESUL, TANGAN MEMEGANG MUDAH DIPERCAYA.,TANPA HIDUNG CIUM BAU ,TELINGA TANPA PENDENGARAN, TANPA MENYIPITKAN MATA PENAMPIL, MULUT TANPA MENGATAKAN,OTAK TANPA HARAPAN,TANPA DAGING TANPA KULIT,TANPA DARAH TANPA KOLAM MATI DENGAN KOLEKSI RENDAH,MENGUNJUNGI KELUARGA DAN PEMBANTAIAN KEPEMILIKAN.TIDAK SEHAT JIKA TIDAK MEMBIARKAN SAYA MENGOBATI,TIADA TUHAN SELAIN ALLOH BAHWASANNYA MUHAMMAD ITU UTUSAN ALLOH, SANGBANGKU SIAPA YANG MERASA KOLEKSI RENDAH,UNTUK KEPEMILIKAN KELUARGA DAN PEMBANTAIAN SAYA,CELATU TANPA AIR, TANPA LIDAH MENGATAKAN, WADUKMU BENGKAH TIBAKNO SALEMBO BUMI RETAK, SERI TIDAK BERGERAK ,TIDAK DIMANAPUN,SEKARANG DISINI MELAKUKAN PENGGANTIAN DUNIA, MELULUHKAN KELIMPREK KEL KETRINGKEL ,SESUATU UNTUK DIRI SENDIRI, AKU BERPURA –PURA ADA PILAR, , SAYA MILIK ANDA PILAR,ANDA TERJADI BAHKAN DIBATALKAN, SAYA KEBETULAN PENGUMUMAN SEMBRODRO,TALIPAK TALIPUK NELEMPRUK MERASA KAPUK, ADAM AYAH IBU MALAM,TIS TERSANGKA AYAH PUTIH,TIS TERSANGKA MERAH BIYANG, TANPA LENGAN TIANGNYA,TERLETAK LENGAN LEWATKAN KEDUA KEMATIAN PENANGKAPAN YA ALLOH KEBESARAN YANG TAK TERBATAS,UTUSAN ALLOH KEMENANGAN KEBOHONGANNYA DUTA ALLOH,SU KHURMAT ALLOH DAN LIMA SODARA SAYA, BARAT CAKRAWALA JOYO BASUKI,CAKRAWALA UTARA JOYO LENGGONO CAKRAWALA JOYO TIMUR GANDAH,CAKRAWALA SELATAN JOYO BRONTO, KAKI LANGIT TENGAH JOYO MENCETAK DELAPAN WALI,SEMBILAN MENINGGAL,EMPAT RATUS DOSO MALAIKAT HALUS NGREKSO BADAN KELUARGA KITA NAIK,DAN PEMBANTAIAN,ADAM AYAH,IBU MALAM,AKU BERTANYA APAKAH PERMINTAAN MAAF SAYA,KALAU SAYA MEMANG MINTA DOA, SELAMAT ANDA PUNYA KELUARGA NAIK,PENGUASA YANG ABSOULUT,DAN JUGA SEMUA KELUARGA ANTEK-ANTEK NAIK.

    ReplyDelete

Tour & Travel Lampung

Copyright © Eko Rudianto Blogs Sponsored by Wisata Teluk Kiluan | Powered by Blogger